Jumat, 08 Juni 2012

Aku,kau,dia dan cinta Oleh:via silvianis*


Kesibukan akhir akhir ini benar benar membuat pusing kepala ku, tak ada lagi saat lazy time ataupun waktu bersenda gurau dengan teman teman kosan , parah nian hidupku didera tugas berkepanjangan, resiko sih sebenarnya ketika nekat memilih masuk ke fakultas teknik, padahal seepupu ku udah bilang jauh jauh hari kalau masuk fakultas teknik tu harus rela dan selalu siap sedia untuk menyampingkan urusan urusan lainnya, kalau tidak,  jangan salah karena julukan MA atau mahasiswa abadi akan dengan senag hati bertengger di pundak. Sesadis itu kah? Ah.. sebenar nya tidak juga, toh sekarang aku udah semester empat di jurusan teknik sipil, semua biasa biasa aja tu…
Tapi kata sepupu ku ada benarnya juga sich, aku memang harus menolak halus ajakan teman teman dekat ku semasa sma yang sampai saat ini tetap tak memutuskan silaturahmi di antara kami. Kadang iri juga sama mereka yang semakin lama semakin sejahtera saja hidupnya, bisa main sana sini, hunting makanan apa saja, shoping kemana saja, sementara aku? Sibuk bergumul tugas gambar mengambar yang jelas jelas tak pernah ku sukai sejak sekolah di taman kanak kanak. Tapi tak tau bagaimana kenekatanku hingga terdampar di fakultas teknik dengan jurusan teknik sipil pula.
Dua semester ku rasakan aku benar benar tidak cocok dengan jurusan yang ku ambil, sempat meminta pindah jurusan yang di sambut ceramah panjang papa. Ya mau gimana lagi? Life must go on, ya udah aku nikmati saja adegan adegan bosan di sinetron kehidupanku.
“shafi… ngapain lu bengong aja?”dafa berteriak di lorong koridor, dalam hati ingin ku sumpal mulut cerewet dafa, kan udah berkali kali ku bilang kalau aku paling alergi di panggil dengan nama shafi, memang sih nama lengkapku shafiyah tapi kan bisa panggil aku fiya aja, dafa  memang benar benar keterlaluan, kualat tu anak, sumpah ku dalam hati
“siapa yang bengong?, aku kan lagi liat pengumuman di papan pengumuman” jawabku cemberut
“kirain lu lagi bengong “
“lu yang bengong” teriak ku di telinga dafa, biarin aja sekalian dia kapok  pasti telingga nya sakit ulah suara tiga oktafku.
“lagi dapet ya fi?” lagi lagi dafa mengikutiku
“apa apan sih lu, ngikutin aku melulu, tuh sono sama abi dan yang lain’ aku memonyongkan bibir kearah gerombolan anak anak sipil yang lagi berteduh di bawah rindangnya pohon beringin di samping kampus kami
“shafi jelek nyebelin banget jadi orang” dafa menoleh sekilas ke arahku sambil berlari kecil kearah anak anak yang lain,
Begini lah resiko jadi anak teknik yang orang orang cantik di dalamnya hanya golongan minoritas, dafa walaupun menyebalkan, dia tetap sahabat yang baik buatku, selalu ada di saat angkot menuju kampus sedang macet karena hari pasar ataupun ketika kelas terakhir adalah kelas malam, tapi kadang kadang suka nyebelin kalau lagi punya niat nyomblangin gue sama kakak perbaikan di kelas, itu hal yang akhir akhir ini paling aku benci dari dafa.
Getaran lembut dari saku celana ku di iringi suara lembutnya justin bieber, menghentikan langkah ku yang tadi berniat menuju perpustakaan kampus mencari referensi beberapa mata kuliah
“lagi dimana fi?” suara haura terdengar di seberang
‘lagi di kampus ra, ada apa?”
‘kamu lupa lagi ya? Kamu gimana sih fi, masa lupa? Hari ini kan kita udah janjian ketemuan di kafe biasa, aku kan hbd hari ini” suara haura merajuk
“ya ampun gue lupa ra, tapi sekarang kalau jam segini angkot lagi sepi”
“pokoknya ngak mau tau, kamu harus kesini paling lama jam dua udah sampai sini, tuut,,, tuut,,,’ haura tampa ampun mengakhiri pembicaraan.
Sejenak aku terdiam sambil mengigit gigit bibir, tampang stand by kalau lagi buntu,  kalau aku ngak kesana pasti haura akan ngamuk besar karena ini bukan kali pertama aku menolak ajakan haura, lagipula ini kan ulang tahun haura, soal kado sih sudah di persiapkannya dari awal bulan, secara anak kos lah.
                                                            ********\\******

“‘nyari dafa ya fi?’ asep meledek kedatanganku, semua orang juga udah tau bagaimana kedekatanku dengan dafa walaupun kadang kadang dafa nyebelin, bahkan ada yang mengira kalau kami berpacaran. Beberapa kali pertanyaan sejenis di dengar dafa ataupun fiya. Sering di ledek tapi toh dia dan dafa tetap enjoi enjoi aja.
‘kangen ya non” suara dafa meledeknya lagi
“iya fa kangen banget’ aku berusaha meladeni ledekan teman teman yang senyum senyum kecil ke arah kami
Dafa Cuma cengegesan
“fa temenin ke kafe mawar yuk,’ suara ku melunak
“lu kalau ada mau nya baru gitu, baik bener tapi coba kalau gue yang ada mau nya,?”
“mau atau ngak sih?”aku mulai mengancam dengan intonasi ngambekku.
“jangan manyun dong fi, tambah jelek” asep kembali bersuara
“yukz fi.. ke ujung dunia pun gua anterin” dafa melangkah menuju parkiran
                                                ********\\\******

Sesampai di kafe melati, haura melambaikan tangan kea rah ku,
“sekalian masuk aja yukz fa”  aku tersenyum ke arah dafa
“ada acara apa an shafi?’
“temanku  ultah, lu belum makan siang kan? sekalian aja
Dafa pun mengikuti langkah ku dari belakang
“lengkap sudah sekarang” teriak haura bahagia
“kok sepi? Yang lain mana ra?’ aku heran karena tak menemukan teman teman yang lain
“yang lain udah pada pulang karena lu nya kelamaan, ini cowok lu ya fi? Jahat ya? ngak cerita cerita” haura manyun
“cowok darimana? Ini dafa yang sering aku ceritain”
“jadi kamu sama dafa belum jadian? Lagi pedekate ya?”
Sementara dafa Cuma senyum senyum aja
“ngak ko, liat bibir gue, Cuma T-E-M-A-N”
“kalau gitu boleh dong buat gue?’ haura melirik dafa centil sambil berbisik
“Gue ke toilet dulu ya” suara dafa memecah bisik bisik mereka
“sumpah…. Dafa itu keren banget fi, kenapa baru lu kenalin ke gue sekarang?”
Fiya menelan ludah. Ini bukan pertama yang bilang sama dia kalau dafa keren, waktu lagi main ke mall juga banyak cewek yang melirik dafa dengan kerlingan nakal.” Apa iya dafa itu keren?”batinnya, kenapa baru nyadar sekarang ya?
Tampa sadar dafa telah berada di samping fiya
“woiii jangan ngelamun lagi”teriak dafa di telinga fiya
Tak lama kemudian haura datang dengan nampan penuh berisi makanan
“pelayannya lagi sibuk fi, makanya aku susul ke dalam” haura menjelaskan dengan kedua tangan penuh memegang nampan
“met ultah ya ra, wish you all the best” dafa mengulurkan tangan kea rah haura di sertai senyuman, yang setau fiya itu adalah senyuman centil seorang dafa
Haura menyambut malu malu membalas senyum dafa dan menyambut tangan dafa, mereka bersalaman lumayan lama, mungkin salaman itu tak akan terhenti jika fiya tidak mendehem dengan keras
            Makan siangnya berjalan dengan lancer, walaupun fiya kesal karena dirinya di anggap tidak ada di tengah lautan rasa rasa merah jambu yang menghiasi suasana, tampa malu malu haura dan dafa bertukaran nomor handphone di depan fiya. Tapi kenapa fiya mulai merasa ada amarah di hatinya, bukan kah dafa hanya seorang temannya tak lebih?
                        ********************************//**********************
Sejak pertemuan itu semakin dekat saja haura dengan dafa, selalu jemput antar haura kemana pun dia pergi, di setiap kebersamaan mereka lagi lagi di warnai dengan kehadiran haura. Fiya mulai jenuh dengan keadaan ini bahkan fiya merasa ada sesuatu yang menohok jantungku melihat adegan adegan kebersamaan dafa dan haura di depan matanya.
Fiya  mulai merindukan dafa yang dulu, dafa yang meyebalkan dan sangat usil yang telah menemani kehidupannya selama dua tahun ini, dua tahun dafa tak pernah membahas masalah pacarnya dengannya. Mungkin untuk menenggang perasaannya yang tak terbiasa dengan orang yang di sebut cowok tapi apa yang sedang ku rasakan saat ini? Binggung, benar benar binggung
“ngak pa pa pulang sendiri kan fi?” haura bertanya dengan pertanyaan yang tak butuh jawaban
“ngak pa pa kok ra, hati hati aja ya..’ jawab ku dan  aku berlari menuju beringin yang sedang sepi dari pengunjung setianya, tampa ku sadari air mata ku menetes tak dapat ku tahan, binggung dengan perasaan ini,
“apa aku jatuh cinta pada dafa? Tapi kenapa baru ku sadari? Bodohnya aku, kenapa bisa begini” batinku
“cinta itu memang aneh fi” tampa ku sadari asep telah berada di sampingku bergegas ku usap air mataku
“Kamu mencintai dafa kan fi?” Tanya asep yang menohok nya lagi
Tampa berkata kata fiya mengangguk kan kepalanya, Nampak senyum bahagia milik haura dan dafa yang sedari tadi telah membuntuti fiya. Sandiwara mereka berhasil, haura hanya ingin membuat fiya sadar dengan perasaannya tak ada niatnya sama sekali merebut dafa dari fiya, semua kejelekan dafa dan kebaikan dafa telah di ketahuinya sejak lama karena tampa di ketahui fiya, dafa adalah sepupu haura. (*anggota komunitas tinta langit, pernah di muat di harian umum singgalang)

0 komentar:

Posting Komentar