Kesibukan
akhir akhir ini benar benar membuat pusing kepala ku, tak ada lagi saat lazy time ataupun waktu bersenda gurau
dengan teman teman kosan , parah nian hidupku didera tugas berkepanjangan,
resiko sih sebenarnya ketika nekat memilih masuk ke fakultas teknik, padahal
seepupu ku udah bilang jauh jauh hari kalau masuk fakultas teknik tu harus rela
dan selalu siap sedia untuk menyampingkan urusan urusan lainnya, kalau
tidak, jangan salah karena julukan MA
atau mahasiswa abadi akan dengan senag hati bertengger di pundak. Sesadis itu
kah? Ah.. sebenar nya tidak juga, toh sekarang aku udah semester empat di
jurusan teknik sipil, semua biasa biasa aja tu…
Tapi
kata sepupu ku ada benarnya juga sich, aku memang harus menolak halus ajakan
teman teman dekat ku semasa sma yang sampai saat ini tetap tak memutuskan
silaturahmi di antara kami. Kadang iri juga sama mereka yang semakin lama
semakin sejahtera saja hidupnya, bisa main sana sini, hunting makanan apa saja,
shoping kemana saja, sementara aku? Sibuk bergumul tugas gambar mengambar yang
jelas jelas tak pernah ku sukai sejak sekolah di taman kanak kanak. Tapi tak
tau bagaimana kenekatanku hingga terdampar di fakultas teknik dengan jurusan
teknik sipil pula.
Dua
semester ku rasakan aku benar benar tidak cocok dengan jurusan yang ku ambil,
sempat meminta pindah jurusan yang di sambut ceramah panjang papa. Ya mau
gimana lagi? Life must go on, ya udah
aku nikmati saja adegan adegan bosan di sinetron kehidupanku.
“shafi…
ngapain lu bengong aja?”dafa berteriak di lorong koridor, dalam hati ingin ku
sumpal mulut cerewet dafa, kan udah berkali kali ku bilang kalau aku paling
alergi di panggil dengan nama shafi, memang sih nama lengkapku shafiyah tapi
kan bisa panggil aku fiya aja, dafa memang benar benar keterlaluan, kualat tu
anak, sumpah ku dalam hati
“siapa
yang bengong?, aku kan lagi liat pengumuman di papan pengumuman” jawabku
cemberut
“kirain
lu lagi bengong “
“lu
yang bengong” teriak ku di telinga dafa, biarin aja sekalian dia kapok pasti telingga nya sakit ulah suara tiga
oktafku.
“lagi
dapet ya fi?” lagi lagi dafa mengikutiku
“apa
apan sih lu, ngikutin aku melulu, tuh sono sama abi dan yang lain’ aku
memonyongkan bibir kearah gerombolan anak anak sipil yang lagi berteduh di
bawah rindangnya pohon beringin di samping kampus kami
“shafi
jelek nyebelin banget jadi orang” dafa menoleh sekilas ke arahku sambil berlari
kecil kearah anak anak yang lain,
Begini
lah resiko jadi anak teknik yang orang orang cantik di dalamnya hanya golongan
minoritas, dafa walaupun menyebalkan, dia tetap sahabat yang baik buatku,
selalu ada di saat angkot menuju kampus sedang macet karena hari pasar ataupun
ketika kelas terakhir adalah kelas malam, tapi kadang kadang suka nyebelin kalau
lagi punya niat nyomblangin gue sama kakak perbaikan di kelas, itu hal yang
akhir akhir ini paling aku benci dari dafa.
Getaran
lembut dari saku celana ku di iringi suara lembutnya justin bieber,
menghentikan langkah ku yang tadi berniat menuju perpustakaan kampus mencari
referensi beberapa mata kuliah
“lagi
dimana fi?” suara haura terdengar di seberang
‘lagi
di kampus ra, ada apa?”
‘kamu
lupa lagi ya? Kamu gimana sih fi, masa lupa? Hari ini kan kita udah janjian
ketemuan di kafe biasa, aku kan hbd hari ini” suara haura merajuk
“ya
ampun gue lupa ra, tapi sekarang kalau jam segini angkot lagi sepi”
“pokoknya
ngak mau tau, kamu harus kesini paling lama jam dua udah sampai sini, tuut,,,
tuut,,,’ haura tampa ampun mengakhiri pembicaraan.
Sejenak
aku terdiam sambil mengigit gigit bibir, tampang stand by kalau lagi buntu,
kalau aku ngak kesana pasti haura akan ngamuk besar karena ini bukan
kali pertama aku menolak ajakan haura, lagipula ini kan ulang tahun haura, soal
kado sih sudah di persiapkannya dari awal bulan, secara anak kos lah.
********\\******
“‘nyari dafa ya fi?’
asep meledek kedatanganku, semua orang juga udah tau bagaimana kedekatanku
dengan dafa walaupun kadang kadang dafa nyebelin, bahkan ada yang mengira kalau
kami berpacaran. Beberapa kali pertanyaan sejenis di dengar dafa ataupun fiya.
Sering di ledek tapi toh dia dan dafa tetap enjoi enjoi aja.
‘kangen ya non” suara
dafa meledeknya lagi
“iya fa kangen banget’
aku berusaha meladeni ledekan teman teman yang senyum senyum kecil ke arah kami
Dafa Cuma cengegesan
“fa temenin ke kafe
mawar yuk,’ suara ku melunak
“lu kalau ada mau nya
baru gitu, baik bener tapi coba kalau gue yang ada mau nya,?”
“mau atau ngak sih?”aku
mulai mengancam dengan intonasi ngambekku.
“jangan manyun dong fi,
tambah jelek” asep kembali bersuara
“yukz fi.. ke ujung
dunia pun gua anterin” dafa melangkah menuju parkiran
********\\\******
Sesampai di kafe
melati, haura melambaikan tangan kea rah ku,
“sekalian masuk aja
yukz fa” aku tersenyum ke arah dafa
“ada acara apa an
shafi?’
“temanku ultah, lu belum makan siang kan? sekalian aja
Dafa pun mengikuti
langkah ku dari belakang
“lengkap sudah sekarang”
teriak haura bahagia
“kok sepi? Yang lain
mana ra?’ aku heran karena tak menemukan teman teman yang lain
“yang lain udah pada
pulang karena lu nya kelamaan, ini cowok lu ya fi? Jahat ya? ngak cerita
cerita” haura manyun
“cowok darimana? Ini
dafa yang sering aku ceritain”
“jadi kamu sama dafa
belum jadian? Lagi pedekate ya?”
Sementara dafa Cuma
senyum senyum aja
“ngak ko, liat bibir
gue, Cuma T-E-M-A-N”
“kalau gitu boleh dong
buat gue?’ haura melirik dafa centil sambil berbisik
“Gue ke toilet dulu ya”
suara dafa memecah bisik bisik mereka
“sumpah…. Dafa itu
keren banget fi, kenapa baru lu kenalin ke gue sekarang?”
Fiya menelan ludah. Ini
bukan pertama yang bilang sama dia kalau dafa keren, waktu lagi main ke mall
juga banyak cewek yang melirik dafa dengan kerlingan nakal.” Apa iya dafa itu
keren?”batinnya, kenapa baru nyadar sekarang ya?
Tampa sadar dafa telah
berada di samping fiya
“woiii jangan ngelamun
lagi”teriak dafa di telinga fiya
Tak lama kemudian haura
datang dengan nampan penuh berisi makanan
“pelayannya lagi sibuk
fi, makanya aku susul ke dalam” haura menjelaskan dengan kedua tangan penuh
memegang nampan
“met ultah ya ra, wish
you all the best” dafa mengulurkan tangan kea rah haura di sertai senyuman,
yang setau fiya itu adalah senyuman centil seorang dafa
Haura menyambut malu
malu membalas senyum dafa dan menyambut tangan dafa, mereka bersalaman lumayan
lama, mungkin salaman itu tak akan terhenti jika fiya tidak mendehem dengan
keras
Makan
siangnya berjalan dengan lancer, walaupun fiya kesal karena dirinya di anggap
tidak ada di tengah lautan rasa rasa merah jambu yang menghiasi suasana, tampa
malu malu haura dan dafa bertukaran nomor handphone di depan fiya. Tapi kenapa
fiya mulai merasa ada amarah di hatinya, bukan kah dafa hanya seorang temannya
tak lebih?
********************************//**********************
Sejak
pertemuan itu semakin dekat saja haura dengan dafa, selalu jemput antar haura
kemana pun dia pergi, di setiap kebersamaan mereka lagi lagi di warnai dengan
kehadiran haura. Fiya mulai jenuh dengan keadaan ini bahkan fiya merasa ada
sesuatu yang menohok jantungku melihat adegan adegan kebersamaan dafa dan haura
di depan matanya.
Fiya
mulai merindukan dafa yang dulu, dafa
yang meyebalkan dan sangat usil yang telah menemani kehidupannya selama dua
tahun ini, dua tahun dafa tak pernah membahas masalah pacarnya dengannya.
Mungkin untuk menenggang perasaannya yang tak terbiasa dengan orang yang di
sebut cowok tapi apa yang sedang ku rasakan saat ini? Binggung, benar benar
binggung
“ngak pa pa pulang
sendiri kan fi?” haura bertanya dengan pertanyaan yang tak butuh jawaban
“ngak pa pa kok ra,
hati hati aja ya..’ jawab ku dan aku
berlari menuju beringin yang sedang sepi dari pengunjung setianya, tampa ku
sadari air mata ku menetes tak dapat ku tahan, binggung dengan perasaan ini,
“apa aku jatuh cinta
pada dafa? Tapi kenapa baru ku sadari? Bodohnya aku, kenapa bisa begini”
batinku
“cinta itu memang aneh
fi” tampa ku sadari asep telah berada di sampingku bergegas ku usap air mataku
“Kamu mencintai dafa
kan fi?” Tanya asep yang menohok nya lagi
Tampa berkata kata fiya
mengangguk kan kepalanya, Nampak senyum bahagia milik haura dan dafa yang
sedari tadi telah membuntuti fiya. Sandiwara mereka berhasil, haura hanya ingin
membuat fiya sadar dengan perasaannya tak ada niatnya sama sekali merebut dafa
dari fiya, semua kejelekan dafa dan kebaikan dafa telah di ketahuinya sejak
lama karena tampa di ketahui fiya, dafa adalah sepupu haura. (*anggota komunitas tinta
langit, pernah di muat di harian umum singgalang)
0 komentar:
Posting Komentar