Minggu, 17 Juni 2012

Tugas Rekaya Perangkat Lunak 2

Asi Baru


huffftt akhirnya selesai juga, walaupun mungkin hasil nya apa adanya aja,, pertama kali buat diagram di visio .
tapi alhamdulilllah... tidak mencontek..
ASi baru yang saya buat ini sebenarnya pengen menyadur Sistem Informasi yang dipergunakan seperti di SNMPTN kemarin. dimana calon mahasiswa tidak lagi di repotkan dengan cara yang manual, tapi semua nya sistem kompuetrisasi yang user friendly. sehingga masing masing pihak dimudahkan.

Jumat, 08 Juni 2012

perempuan gunung


Ternyata lima tahun itu bukanlah waktu yang lama, tak banayak yang berubah dari pantai ini, masih saja seperti dulu, bahkan pondok pondoknya tak ada yang berbeda, lima tahun? Sesebentar itu kah?  Sebenarnya aku sudah enggan berkujnjung ke pantai karena ombak akan membawa kisah itu kembali padaku, kisah yang menimbulkan penyesalan padaku. Penyesalan kenapa harus mengenal dia, dia yang sudah tak lagi ingin ku kenal  karena tidak sesuai dengan keinginanku. Menyebut namanya pun aku sudah enggan, setelah kejadian itu ku panggil dia dengan sebutan perempuan gunung, karena itu sudah cukup bisa membawa imajinasi ku membayangkan sosoknya, sosok yang tak begitu enak di pandang mata.
Masih lekat di benak ku kala itu, ketika perempuan gunung ingin mengunjungi pantai yang tak jauh dari tempat tinggalku, tentu saja semua itu ku sambut dengan hati berbunga, karena setelah enam bulan menjalin hubungan special dengannya belum sekalipun kami kopdar alias kopi darat, dunia maya lah yang menjodohkan kami. Wajah cantik di foto profilnya kala itu begitu membiusku, tambah lagi otak encernya yang di mataku mempunyai nilai plus tersendiri, jam 11, aku masih belum bangun karena semalam aku begadang sampai pagi, komunitas balap ku sedang merayakan ulang tahun, jadi sedikit ada pesta dan minum minumnya. Papaku yang berada di ruang keluarga membangunkanku mungkin papa  terganggu dengan ringtone selulerku, ternyata salwa yang berusaha menelpon, segera aku bangkit dari tidur dan bersiap siap. Aku baru ingat kalau hari ini salwa akan kesini.
Tak perlu banyak waktu untuk bersiap siap, segera ku luncurkan mobil ku ke arah laut,
“dimana sayang?” ucapku tergesa
“aku di bibir pantai, kamu dimana? Jangan lama lama ya” suara salwa membuatku meningkatkan kecepatan mobilku.
Tak lama ku cari cari perempuan dengan jilbab dan baju berwarna ungu, tak ku temukan, sampai seseorang mendekatiku
“dafa ya? Ucap perempuan itu dengan senyumannya
“salwa? Aku menyakinkan
“iya ini salwa sayang” ucapnya dengan senyuman yang tak indah untuk ku lihat, sekuat tenaga ku berusaha untuk bersikap wajar padanya. Ku buka kan pintu mobilku untuknya, bertambah saja jengkelku karena salwa masuk ke mobilku dengan sangat canggung, aku mengumpat dalam hati.
Di perjalanan kami lebih banyak diam, aku mengutuk dalam hati, salwa tak seperti yang ku bayangkan, bagaimana di mobilku ada seorang perempuan bertumbuh gempal dan pendek dan itu adalah pacarku. Aku menyesali semua ini. Mulai ku putar akal untuk segera meninggalkan salwa tampa harus melukainya, dalam kedaan kalut, handphone seluler ku berbunyi, dan telfon dari kakak ku yang menyuruh untuk segera pulang
“yank, ma’af ya, sebentar ini kakak ku telfon dan menyuruhku kembali ke rumah” aku bicara sepelan mungkin
Lama salwa tak menjawabku, dia hanya terdiam
“kalau gitu sebelum kamu pulang, antar aku ke pantai lagi” ucap salwa bergetar, aku tau ada kecewa di dalam getar suaranya
“Ma’afin aku ya yank” ucapku tampa rasa bersalah sedikitpun.
                                   
                                    ************************//**********************
Aku benci dafa, aku telah jauh jauh datang menemuinya tapi dia benar benar tak menghargai sedikitpun usahaku, telah ku lakukan hal hal sempurna, masih ku ingta tatapan mata kecewa di matanya, mungkin aku bukan seperti yang di harapkannya, aku sadar itu, dafa adalah laki laki yang hidup bebas di kota, sedangkan aku bertempat tinggal di gunung, dafa bergaul dengan orang orang yang berkelas, sedankan aku? Aku hanya gadis yang tak menarik, berpostur pendek dan gempal. Haruskah ku putuskan saja dafa, tapi aku terlanjur sayang padanya. Salwa akgir nya terlelap dengan air mata mengenangi pipinya.
 Semenjak saat itu hubungan dafa dan salwa menjadi semakin renggang, tak ada lagi telfon di pagi hari, pesan pesan singkatpun tak ada, sampai suatu hari ketika, salwa sedang di sibukkan di organisasinya, si tosca merengek di kantongnya, tertera nama dafa sebagai sender pesan tersebut, salwa tersenyum teringat kerinduan itu akan segera terobati, segera di bukanya
sal, ada seseorang yang menyukaiku, bagaimana ini?
Salwa yang sudah terlanjur berbunga kembali tertutupi awan mendung
Terserah kamu aja yank, apa kamu juga suka padanya?
Salwa berusaha menahan emosinya, bukan kah sekarang dia sedang memimpin rapat organisasi di kampusnya
Gimana ya? Dia baik banget sama aku .
Pernyataan dafa benar benar menyayat hati salwa, sebenarnya salwa sudah memprediksi semua akan berakhir secepat mungkin, karena dafa tak menyukainya.
Kamu terima aja kalau gitu
“rapat kita cukupkan, besok akan kita lanjutkan” salwa segera menutup rapat, tak mungkin baginya untuk mengambil keputusan ketika tengah galau seperti ini.
Aku ngak mau duain kamu sal
Kalau gitu, kita putus aja
Dengan pandangan kabur di tutupi air mata, salwa menekan tombol ok
Ma’afin aku sal
Cuma kata itu yang menjadi kata terakhir untuk kisah panjang mereka

                                    **********************88****************
Perpisahan mereka merupakan luka yang mendalam bagi salwa, namun ini merupan luka yang harus di syukurinya, karena berbekal luka itu, salwa yang piawai meragkai kata, meramu semua perasaan dan air matanya dalam puisi puisi dan sebuah novel. Tak perlu waktu yang lama, kumpulan puisi dan novelnya terbit dan meledak di pasaran. Begitulah salwa, lukanya merupakan sumber rezki baginya. Selama ini salwa sudah tak lagi tau bagaimana dengan dafa, setelah mereka putus, salwa memutuskan hubungan dengan dafa, di dunia maya juga di dunia nyata. Dan itu adalah lima tahun yang lalu.
            *********************************88*************

Sebenarnya aku begitu segan memenuhi permintaan salwa, setelah lima tahun kenapa dia ingin bertemu lagi denganku. Tadi pagi aku bertengkar hebat dengan istriku, maslah pengangguranku yang katanya sudah tak dapat lagi di toleransi, memang tak dapat ku pungkiri selama ini istriku lah yang menjadi tulang punggung keluarga kecilku.
“kamu dimana dafa” salwa menelfon ku
“di tempat pertama dan terakhir kali kita bertemu” ucapku secuek mungkin
Sebenarnya aku begitu malas menemui salwa, tapi apa salahnya setelah ku pikir pikir. Tak lama kemuadian seorang perempuan yang  tak ku kenali turun dari mobilnya yang ku keluaran terbaru
“dafa kan?” ucapnya lembut
“salwa?” aku benar benar tak menyangka perempuan di depanku adalah salwa
Salwa tersenyum ke arahku
“apa kabar mu dafa?” kembali salwa tersenyum
“ya beginilah”ucapku hambar
“kamu terlihat semakin matang dan kaya saja sal” dafa menyambung ucapannya
Salwa hanya tersenyum
“kerja dimana sekarang fa?”
“aku masih belum menemukan pekerjaan yang tepat sal” ucapku berbohong
            “kamu tau dafa?  yang aku dapatkan sekarang semua ini adalah karena kamu juga” salwa menatap ke laut
            “perpisahan dengan mu dulu memberikan luka mendalam bagiku, dan secara iseng iseng ku tuliskan lukaku ke dalam puisi dan novel, dan ternyata itu laku keras di pasaran” salwa berucap atar, sementara dafa hanya terdiam
“jika dulu kau tak membuatku patah hati tentu saja semua itu tak akan terjadi, dan karena itu juga aku mendapatkan  beasiswa melanjutkan pendidikan di luar negri, disana juga ku temukan ayah dari anakku”
Dalam hati aku sangat menyesal kenapa harus meninggalkan salwa, kurang apalagi dia? Selama ini dia satu atunya perempuan yang gigih menerapkan agama dalam hidupku, ketika orang tua ku telah berputus asa, salwa yang rajin membangunkan ku untuk sholat subuh, kenapa harus ku lukai hatinya dulu? Apakah mata hatiku telah di butakan dengan keindahan dunia hingga ku lupakan betapa berharganya salwa, pernikahanku dengan istri yang sekarangpun adalah karena terpaksa, setelah perbuatan terlarang itu kami lakukan
Kenapa salwa tidak marah padaku kala itu? Di lampiaskan emosinya dengan santun tampa melukai aku yang telah menyakitinya,
“ma’afin aku sal” ucapku hampir saja tak terdengar
“aku harusnya berterima kasih pada mu dafa” salwa tersenyum ke arahku, senyuman yang baru ku sadari teramat tulus dan manis. Sekarang dia tak lagi segempal dulu, bahkan bisa di kataka salwa tinggi menjulang. Sangat kontras dengan istriku sekarang yang dulunya bertubuh sangat seksi dan cantik, namun setelah pernikahan kami wajah putihnya yang di lumuri bedak tebal tiak lagi indah di mataku
“bunda . . “ seoarang anak laki laki berumur tiga tahun, turun dari mobil milik salwa
“ iya sayang, kamu sudah bangun?” salwa menyambut anak itu dalam pelukannya
“kenalin, ini om dafa, teman mama” salwa memperkenalkan anaknya padaku
“nama ku thariq, senang beretmu om dafa” thariqq tak malu malu menyalamiku
Andai saja waktu dapat ku putar, tak kan ku lepaskan salwa, tapi begitulah mataku yang selalu saja silau dengan kecantikan dan harta, hingga buta dengan kilau permata.

Pahlawan tampa tanda jasa itu adalah aku


Ku pilih guru sebagai profesi ku, sejak awal telah ku tetapkan pilihan hati pada dunia pendidikan. Ketika teman teman ku sibuk mengukir dan merajut mimpi tentang sebuah masa depan atau ketika mereka masih ragu ragu dalam menentukan cita cita, aku telah lebih dulu sampai ke sebuah pulau impian. agak nya aku telah jatuh hati pada dunia pendidikan. Semua berawal dari kesan ku yang mendalam tentang figure seorang guru, karena di mata ku guru adalah makhluk sempurna yang di ciptakan tuhan menjadi orang yang  serta seba tau di antara orang yang tau sekalipun.
hanya seorang guru yang bisa merasakan indahnya rasa ketika  orang orang menikmati buah lelah hasil kerja mereka, semua terasa indah menjadikan orang yang tau tidak tau menjadi  tau itu menyenangkan karena kita akan merasakan kepuasan batin darinya. Serta satu alasan lagi yang cukup menginspirasikan ku ketika mendengar lagu umar bakri yang menyampaikan pesan bahwa sehebat apa pun seseorang, sejenius apa pun serta seberkuasa apa seorang individu maka cikal bakal keberhasilannya adalah berkat tangan dingin seorang insane yang bernama guru dengan titel pahlawan tampa tanda jasa di semat kan di bahu kekar mereka yang sanggup menampung begitu banyak masalah yang di hadapi oleh para anak didiknya.
            Memang hidup adalah pilihan, ketika takdir akhir nya melabuhkan impianku itu di fakultas pendidikan ketika itu juga aku berdo’a dan selalu berusaha agar bisa menjadi seorang guru yang professional. Karena  guru dari tangan dingi ku akan lahir para insinyur, dokter dan presiden sekalipun oleh karena itu aku tak boleh tanggung tanggung totalitas hidup, ku persembahkan dalam dunia pendidikan.  Melihat murid murid ku semangat dalam menimba ilmu membuat ku semakin yakin dengan pilihan ini. Kemampuan ku akan menjadi faktor pertama yang akan membawa anak didik ku kelak dalam keberhasilan pembelajaran mereka sehingga aku tak ragu ragu untuk mencoba dan terus mencoba berbagai hal baru untuk kepentingan anak didik ku.
            Berbagai pelajaran telah ku dapatkan berdasarkan analisa ataupun terjun langsung ke dalam dunia pendidikan, meski sekarang aku baru semester enam dalam jurusan kependidikan tentunya, mengambil spesialisasi di bidang disiplin ilmu pendidikan teknik informatika dan computer yang menjadi alasan utama aku memilih  jurusan itu adalah masih sedikitnya  guru pendidikan computer saat sekarang ini yang benar benar murni berasal dari dunia pendidikan bukan dari ilmu murni yang mungkin tidak begitu tau bagaimana pendekatan pendekatan dalam pendidikan.  menurut ku program akta empat bukan lah solusi menyulap seseorang yang berasal dari ilmu murni di tuntut mengajar di dalam kelas untuk menghadapi murid murid.
            Menjadi guru walaupun belum menjadi seorang guru sungguhan dalam artian masih belum mengajar di dalam kelas tapi aku pernah merasakan bagaimana enaknya menjadi seorang guru untuk teman temanku, adik adikku serta beberapa anak tetangga di dekat kos ku yang ku bimbing dalam belajar, tetap saja memberikan kepuasan batin yang mungkin tak akan aku dapatkan ketika aku hanya di sibuk kan mempelajari diktat diktat kuiah dan berdiam diri bercakap cakap dengan computer dalam menjalin hubungan dengan computer melalui media bahasa pemograman ataupun ketika aku di kabari kalau tulisanku di muat di Koran harian ternama di kota ku.
            Kembali becermin ke dalam diri sendiri, begitu perih ketika sebulan sekali aku pulang ke rumah untuk meminta subsidi bulanan ku, begitu banyak anak anak di kampungku yang putus sekolah yang di sebabkan oleh anggapan bahwa sekolah itu tidak penting, bisa baca tulis saja sudah cukup karena orang yang susah payah bersekolah belum tentu nasibnya akan lebih baik di banding orang orang yang tidak bersekolah serta masih sering orang orang beranggapan bahwa pendidikan itu adalah sebuah beban. Ingin sekali ku ceritakan pada mereka kalau sekolah atau pendidikan memang bukan jaminan kehidupan seseorang tapi pendidikan akan sangat mempengaruhi cara berfikir. Akan sangat berbeda cara berfikir orang orang yang terdidik dengan orang orang yang tidak terdidik. Tidak mereka tau bercengkrama dengan ilmu itu tak terbanding pentingnya.
            Andai nanti waktunya telah tiba ketika aku telah menjelma menjadi seorang guru yang di depanku terdapat anak didik yang duduk manis menatapku dengan pandangan harap akan transfer ilmu yang akan ku berikan pada mereka, akan ku jadikan mereka anak didik bukan sekedar murid murid ku tapi akan ku didik jiwa jiwa halus itu untuk dapat memberikan sumbamgsih mereka demi Negara ini serta akan ku tanam kan pada mereka bagaimana pentingnya sebuah etitud yang  akan sangat mempengaruhi nilai mereka di tengah tengah masyarakat, akan ku ceritakan pada mereka kerasnya kehidupan agar mereka tak lagi bermalas malasan dalam belajar, agar mereka tak seenak nya melupakan tugas yang ku berikan, akan ku peluk mereka dalam kasih seorang guru karena hidup ku hanya untuk pendidikan memberikan yang terbaik untuk muridku. Keberhasilan mereka adalah hal yang akan membuat ku bahagia
Mengajar anak anak tetangga yang selalu menuggu kedatanganku dengan pertanyaan dan celotehan mereka, membuat rasa penat ku hilang seharian berada di labor yang hanya di temani oleh mesin mesin computer yang hanya diam dan tak memberikan umpan balik ketika aku bertanya ataupun bertanya apakah aku letih? Tak ada tawa dari computer computer itu. . sejak malam telah ku persiapkan bahan ajar apa yang akan ku berikan kepada adik adik yang bimbel bersamaku, semua ku jalani tampa beban dan tampa sepeserpun upah yang ku terima, namun adik adik itu selalu tak kehilangan akal dengan tetap saja memberikan ku imbalan yang tak dapat ku nilai dengan apa pun ketika mereka datang bersama sama ke rumah indekos ku untuk menyampaikan kabar kalau mereka berhasil lolos ke dalam lima besar dalam rengking kelas semester ini. Ada sesuatu yang menyentuh dasar hati. Menjadi guru adalah ssebuah kebanggan, karena kualitas suatu bangsa di tentukan oleh bagaimana kualitas pendidikannya dan kualitas pendidikan di tentukan oleh guru.

Aku,kau,dia dan cinta Oleh:via silvianis*


Kesibukan akhir akhir ini benar benar membuat pusing kepala ku, tak ada lagi saat lazy time ataupun waktu bersenda gurau dengan teman teman kosan , parah nian hidupku didera tugas berkepanjangan, resiko sih sebenarnya ketika nekat memilih masuk ke fakultas teknik, padahal seepupu ku udah bilang jauh jauh hari kalau masuk fakultas teknik tu harus rela dan selalu siap sedia untuk menyampingkan urusan urusan lainnya, kalau tidak,  jangan salah karena julukan MA atau mahasiswa abadi akan dengan senag hati bertengger di pundak. Sesadis itu kah? Ah.. sebenar nya tidak juga, toh sekarang aku udah semester empat di jurusan teknik sipil, semua biasa biasa aja tu…
Tapi kata sepupu ku ada benarnya juga sich, aku memang harus menolak halus ajakan teman teman dekat ku semasa sma yang sampai saat ini tetap tak memutuskan silaturahmi di antara kami. Kadang iri juga sama mereka yang semakin lama semakin sejahtera saja hidupnya, bisa main sana sini, hunting makanan apa saja, shoping kemana saja, sementara aku? Sibuk bergumul tugas gambar mengambar yang jelas jelas tak pernah ku sukai sejak sekolah di taman kanak kanak. Tapi tak tau bagaimana kenekatanku hingga terdampar di fakultas teknik dengan jurusan teknik sipil pula.
Dua semester ku rasakan aku benar benar tidak cocok dengan jurusan yang ku ambil, sempat meminta pindah jurusan yang di sambut ceramah panjang papa. Ya mau gimana lagi? Life must go on, ya udah aku nikmati saja adegan adegan bosan di sinetron kehidupanku.
“shafi… ngapain lu bengong aja?”dafa berteriak di lorong koridor, dalam hati ingin ku sumpal mulut cerewet dafa, kan udah berkali kali ku bilang kalau aku paling alergi di panggil dengan nama shafi, memang sih nama lengkapku shafiyah tapi kan bisa panggil aku fiya aja, dafa  memang benar benar keterlaluan, kualat tu anak, sumpah ku dalam hati
“siapa yang bengong?, aku kan lagi liat pengumuman di papan pengumuman” jawabku cemberut
“kirain lu lagi bengong “
“lu yang bengong” teriak ku di telinga dafa, biarin aja sekalian dia kapok  pasti telingga nya sakit ulah suara tiga oktafku.
“lagi dapet ya fi?” lagi lagi dafa mengikutiku
“apa apan sih lu, ngikutin aku melulu, tuh sono sama abi dan yang lain’ aku memonyongkan bibir kearah gerombolan anak anak sipil yang lagi berteduh di bawah rindangnya pohon beringin di samping kampus kami
“shafi jelek nyebelin banget jadi orang” dafa menoleh sekilas ke arahku sambil berlari kecil kearah anak anak yang lain,
Begini lah resiko jadi anak teknik yang orang orang cantik di dalamnya hanya golongan minoritas, dafa walaupun menyebalkan, dia tetap sahabat yang baik buatku, selalu ada di saat angkot menuju kampus sedang macet karena hari pasar ataupun ketika kelas terakhir adalah kelas malam, tapi kadang kadang suka nyebelin kalau lagi punya niat nyomblangin gue sama kakak perbaikan di kelas, itu hal yang akhir akhir ini paling aku benci dari dafa.
Getaran lembut dari saku celana ku di iringi suara lembutnya justin bieber, menghentikan langkah ku yang tadi berniat menuju perpustakaan kampus mencari referensi beberapa mata kuliah
“lagi dimana fi?” suara haura terdengar di seberang
‘lagi di kampus ra, ada apa?”
‘kamu lupa lagi ya? Kamu gimana sih fi, masa lupa? Hari ini kan kita udah janjian ketemuan di kafe biasa, aku kan hbd hari ini” suara haura merajuk
“ya ampun gue lupa ra, tapi sekarang kalau jam segini angkot lagi sepi”
“pokoknya ngak mau tau, kamu harus kesini paling lama jam dua udah sampai sini, tuut,,, tuut,,,’ haura tampa ampun mengakhiri pembicaraan.
Sejenak aku terdiam sambil mengigit gigit bibir, tampang stand by kalau lagi buntu,  kalau aku ngak kesana pasti haura akan ngamuk besar karena ini bukan kali pertama aku menolak ajakan haura, lagipula ini kan ulang tahun haura, soal kado sih sudah di persiapkannya dari awal bulan, secara anak kos lah.
                                                            ********\\******

“‘nyari dafa ya fi?’ asep meledek kedatanganku, semua orang juga udah tau bagaimana kedekatanku dengan dafa walaupun kadang kadang dafa nyebelin, bahkan ada yang mengira kalau kami berpacaran. Beberapa kali pertanyaan sejenis di dengar dafa ataupun fiya. Sering di ledek tapi toh dia dan dafa tetap enjoi enjoi aja.
‘kangen ya non” suara dafa meledeknya lagi
“iya fa kangen banget’ aku berusaha meladeni ledekan teman teman yang senyum senyum kecil ke arah kami
Dafa Cuma cengegesan
“fa temenin ke kafe mawar yuk,’ suara ku melunak
“lu kalau ada mau nya baru gitu, baik bener tapi coba kalau gue yang ada mau nya,?”
“mau atau ngak sih?”aku mulai mengancam dengan intonasi ngambekku.
“jangan manyun dong fi, tambah jelek” asep kembali bersuara
“yukz fi.. ke ujung dunia pun gua anterin” dafa melangkah menuju parkiran
                                                ********\\\******

Sesampai di kafe melati, haura melambaikan tangan kea rah ku,
“sekalian masuk aja yukz fa”  aku tersenyum ke arah dafa
“ada acara apa an shafi?’
“temanku  ultah, lu belum makan siang kan? sekalian aja
Dafa pun mengikuti langkah ku dari belakang
“lengkap sudah sekarang” teriak haura bahagia
“kok sepi? Yang lain mana ra?’ aku heran karena tak menemukan teman teman yang lain
“yang lain udah pada pulang karena lu nya kelamaan, ini cowok lu ya fi? Jahat ya? ngak cerita cerita” haura manyun
“cowok darimana? Ini dafa yang sering aku ceritain”
“jadi kamu sama dafa belum jadian? Lagi pedekate ya?”
Sementara dafa Cuma senyum senyum aja
“ngak ko, liat bibir gue, Cuma T-E-M-A-N”
“kalau gitu boleh dong buat gue?’ haura melirik dafa centil sambil berbisik
“Gue ke toilet dulu ya” suara dafa memecah bisik bisik mereka
“sumpah…. Dafa itu keren banget fi, kenapa baru lu kenalin ke gue sekarang?”
Fiya menelan ludah. Ini bukan pertama yang bilang sama dia kalau dafa keren, waktu lagi main ke mall juga banyak cewek yang melirik dafa dengan kerlingan nakal.” Apa iya dafa itu keren?”batinnya, kenapa baru nyadar sekarang ya?
Tampa sadar dafa telah berada di samping fiya
“woiii jangan ngelamun lagi”teriak dafa di telinga fiya
Tak lama kemudian haura datang dengan nampan penuh berisi makanan
“pelayannya lagi sibuk fi, makanya aku susul ke dalam” haura menjelaskan dengan kedua tangan penuh memegang nampan
“met ultah ya ra, wish you all the best” dafa mengulurkan tangan kea rah haura di sertai senyuman, yang setau fiya itu adalah senyuman centil seorang dafa
Haura menyambut malu malu membalas senyum dafa dan menyambut tangan dafa, mereka bersalaman lumayan lama, mungkin salaman itu tak akan terhenti jika fiya tidak mendehem dengan keras
            Makan siangnya berjalan dengan lancer, walaupun fiya kesal karena dirinya di anggap tidak ada di tengah lautan rasa rasa merah jambu yang menghiasi suasana, tampa malu malu haura dan dafa bertukaran nomor handphone di depan fiya. Tapi kenapa fiya mulai merasa ada amarah di hatinya, bukan kah dafa hanya seorang temannya tak lebih?
                        ********************************//**********************
Sejak pertemuan itu semakin dekat saja haura dengan dafa, selalu jemput antar haura kemana pun dia pergi, di setiap kebersamaan mereka lagi lagi di warnai dengan kehadiran haura. Fiya mulai jenuh dengan keadaan ini bahkan fiya merasa ada sesuatu yang menohok jantungku melihat adegan adegan kebersamaan dafa dan haura di depan matanya.
Fiya  mulai merindukan dafa yang dulu, dafa yang meyebalkan dan sangat usil yang telah menemani kehidupannya selama dua tahun ini, dua tahun dafa tak pernah membahas masalah pacarnya dengannya. Mungkin untuk menenggang perasaannya yang tak terbiasa dengan orang yang di sebut cowok tapi apa yang sedang ku rasakan saat ini? Binggung, benar benar binggung
“ngak pa pa pulang sendiri kan fi?” haura bertanya dengan pertanyaan yang tak butuh jawaban
“ngak pa pa kok ra, hati hati aja ya..’ jawab ku dan  aku berlari menuju beringin yang sedang sepi dari pengunjung setianya, tampa ku sadari air mata ku menetes tak dapat ku tahan, binggung dengan perasaan ini,
“apa aku jatuh cinta pada dafa? Tapi kenapa baru ku sadari? Bodohnya aku, kenapa bisa begini” batinku
“cinta itu memang aneh fi” tampa ku sadari asep telah berada di sampingku bergegas ku usap air mataku
“Kamu mencintai dafa kan fi?” Tanya asep yang menohok nya lagi
Tampa berkata kata fiya mengangguk kan kepalanya, Nampak senyum bahagia milik haura dan dafa yang sedari tadi telah membuntuti fiya. Sandiwara mereka berhasil, haura hanya ingin membuat fiya sadar dengan perasaannya tak ada niatnya sama sekali merebut dafa dari fiya, semua kejelekan dafa dan kebaikan dafa telah di ketahuinya sejak lama karena tampa di ketahui fiya, dafa adalah sepupu haura. (*anggota komunitas tinta langit, pernah di muat di harian umum singgalang)